Rabu, 27 April 2011

Islam dan Budaya Madura


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat merupakan suatu bentuk cipta, rasa dan karsa dari setiap individu masyarakat yang ada dalam daerah tertentu. Oleh karena itu, sudah barang tentu dalam kehidupan bermasyarakat kita pasti akan menemukan berbagai kebudayaan serta perilaku kebudayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Namun, tidak sedikit pula orang yang memiliki pandangan serta pemaknaan yang sama tentang kebudayaan-kebudayaan tersebut.
Pada dasarnya setiap kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat pasti akan terus bertahan dan berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap bahwa kebudayaan tersebut masih mempunyai nilai-nilai yang baik dan sakral. Sehingga untuk merubah atau mengganti suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam jiwa suatu masyarakat bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Berakar dari masalah-masalah itulah, untuk mengetahui dan memahami pandangan masyarakat tentang suatu kebudayaan, kami harus melakukan penelitian tentang kebudayaan dengan metode etnografi.

B.     Tujuan Pembuatan Makalah.
•Untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Madura.
•Untuk memahami dan mengetahui metode observasi secara umum.
•Untuk memahami metode observasi, jika dipakai dalam penelitian budaya rokat yang ada di daerah pedalaman Madura.
•Untuk mengetahui sejarah yang melatarbelakangi serta nilai dari budaya tersebut.

C.    Batasan Makalah.
•Penulis hanya meneliti kebudayaan rokat yang ada di Madura, khususnya desa Larangan-luar.
•Penulis hanya mengamati kebiasaan yang terjadi secara khusus di tempat tersebut dan bukan secara umum.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fenomena Budaya Yang Terjadi.
Di daerah pedalaman Madura tepatnya di desa Larangan Luar terdapat komunitas masyarakat yang sering melakukan ritual atau tradisi sebagai suatu keharusan yang wajib untuk dilakukan. Ritual atau tradisi tersebut, biasanya dimulai dengan acara pembacaan istighotsah dan tahlil bersama oleh masyarakat yang dipimpin oleh pemuka agama setempat.
Setelah itu, masyarakat menghidangkan sesaji sebagai rasa ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerena mereka sudah merasa mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa. Adapun isi dari sesaji itu adalah nasi putih serta ketan yang berwarna-warni, tumpeng, ikan-ikan, daging dan lain sebagainya. Ritual atau tradisi tersebut disebut rokat oleh penduduk setempat.
Tradisi tesebut biasanya dilakukan oleh masyarakat yang berada di daerah pedalaman Madura, baik itu pria, wanita, kecil, maupun dewasa semua ikut dalam acara tersebut. Tradisi rokat, jika dipandang memang lebih condong pada kebudayaan dan kebiasaan yang berbau Islami.
Meskipun adapula yang berpandangan bahwa tradisi tersebut dapat menjerumuskan masyarkat dalam jurang kemusyrikan. Selain itu, tradisi rokat dilakukan untuk mensyukuri karunia serta nikmat yang diberikan oleh sang maha pencipta yaitu Allah SWT. Dan juga agar diberikan keselamatan dan kelancaran rezeki dalam bekerja.
Kebudayaan rokat dilakukan ketika para penggali batu bata dalam masyarkat tersebut mendapatkan sebuah keuntungan atau kenikmatan yang sangat besar, misalnya batu bata milik pekerja tersebut laku. Sehingga untuk mensyukuri karunia tersebut, dilaksanakanlah ritual rokat.
Tapi ada juga yang mengatakan bahwa acara rokat dilaksanakan tiap satu tahun sekali atau lebih, tergantung situasi dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat tersebut (tidak tentu), sehingga untuk meaksanakan rokat tidak perlu menunggu batu bata hasil galiannya laku.

B.     Sejarah Yang Melatarbelakangi
Tradisi rokat sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah pedalaman Madura saja, namun juga seringkali terjadi di daerah pedalaman jawa dan bali. Tapi tradisi tersebut muncul dengan model-model dan modifikasi yang berbeda. Meski demikian, tidak diketahui secara jelas kapan tradisi rokat tersebut muncul. Sepanjang yang diketahui dan diyakini oleh masyarakat di daerah tersebut, menganggap kebudayaan/tradisi tersebut sudah lama berlangsung dan harus di lestarikan.
Tradisi rokat dianggap sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bagi masyarakat setempat. Selain itu rokat juga dianggap sebagai salah satu cara untuk tola' bala' (mencegah bencana) serta sebagai ritual untuk meningkatkan rezeki yang didapat oleh masyarakat tersebut. Bahkan rokat juga dianggap sebagai ritiual yang harus dan wajib dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Dalam melaksanakan rokat, masyarakat di daerah tersebut harus mempersiapkan beberapa sesaji untuk dilepaskan di laut sebagai salah satu cara atau syarat ritual tersebut. Selain itu, sebelum acara pelepasan sesaji masyarakat harus melakukan do'a bersama (istighasah atau tahlil) sebagai bentuk ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian perlu diingat, biasanya isi dari sesaji-sesaji tersebut adalah makanan-makanan (tumpeng, ketan warna-warni), ikan-ikan dan sebagainya.

C.    Nilai Dari Kebudayaan Rokat
a.       Bagi mereka yang tinggal di daerah pedalaman Madura
Bagi penduduk yang menetap di daerah pedalaman Madura, mereka menilai bahwa kebudayaan rokat jhurang merupakan budaya warisan nenek moyang mereka secara turun temurun, sehingga mereka secara wajib dan mempunyai keharusan untuk mempertahankan dan melestarikan budaya tersebut.
Selain itu, penduduk yang menetap di daerah tersebut juga menganggap bahwa tradisi rokat jhurang merupakan suatu bentuk ketaatan masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mereka menganggap bahwa orang yang mengikuti tradisi tersebut, merupakan orang-orang yang mempunyai tingkat ketaqwaan yang tinggi.
Dari sinilah kemudian masyarakat di daerah tersebut merasa terpanggil untuk ikut serta dalam ritual tersebut. Kemudian, ada juga yang menganggap jika dalam masyarakat tersebut tidak melakukan ritual rokat, maka masyarakat tersebut akan mendapatkan bencana dan rezeki yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan.
b.      Bagi penduduk yang tinggal di luar daerah tapi asli penduduk pedalaman Madura.
Bagi penduduk yang menetap di luar daerah, mereka menganggap bahwa tradisi rokat harus tetap dilaksanakan di manapun mereka berada. Karena tradisi tersebut merupakan tradisi dari nenek moyang mereka yang harus dipertahankan dan dilestarikan.
Tapi yang menjadi kendala untuk melakukan rokat di lingkungan yang baru mereka tempati adalah tidak adanya fasilitas serta masyarakat yang kurang mendukung ritual rokat tersebut. Sehingga ritual tersebut tidak perlu dilaksanakan di daerah mereka yang baru.Namun, menurut mereka nilai dari ritual rokat itu akan selalu sama meskipun dilakukan di lain tempat.

D.    Hubungan antar kebudayaan
a.       Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)
Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Peralatan menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala perlengkapan hidup.
b.      Sistem mata pencaharian
Hal ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, diantaranya adalah beternak, bercocok tanam di sawah/ladang serta menjadi nelayan.
c.       Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai makhluk majemuk, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
d.      Sistem Kepercayaan
Pengetahuan dan pemahaman manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya dan juga pengendali manusia sbagai bagian dari jagad raya.
e.       Sistem ilmu dan pengetahuan
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, serta harapan. Mereka mendapatkan pengetahuan dari pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris.
E.     Perubahan sosial budaya
sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat, itulah yang disebut perubahan sosial budaya. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain.


 

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah di atas, tentang pengertian dan hasil penelitian etnografi pada daerah pedalaman Madura mengenai perilaku dan tradisi rokat yang dilakukan di sana. Maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
  1. Tradisi rokat ternyata sudah memiliki nilai yang mengikat bagi para masyarakat di daerah tersebut untuk mentaatinya.
  2. Tradisi rokat dianggap sebagai suatu keharusan dan patut untuk dilestarikan oleh masyarakat tersebut.
  3. Tradisi rokat mempunyai nilai yang sama, meskipun dilaksanakan di daerah aslinya ataupun di daerah lain.

B.     Saran-saran
Dari hasil pemaparan makalah di atas, penulis sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Dari itu  penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi memperbaiki maklah ini dan menjadi pelajaran yang sangat berharga agar kedepan lebih baik dalam menyusun makalah.





DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III. Jakarta: Depdiknas RI dan Balai Pustaka.
Azra, Azumardi. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Cet. I. Jakarta: Paramadina.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. PT raja Grafindo Persada, Jakarta. 1996.
Imron, D. Z, Menggusur Carok , Surabaya: Harian Memorandum. 1986.
Kelton. Variabel Kultur dalam Penyamaan Pengaruh.2006
Mulyana Deddy, Rakhmat Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahman, Fazlur (1979). Islam. University of Chicago Press.
White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar, Straus and Giroux.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar