Selasa, 26 April 2011

Makalah AUDIOVISUAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah[1]
Dimasa lampau diskusi tentang alat bantu audiovisual lebih condong didominasi oleh apa yang disebut Dwyer (1967) “teorirealisme”. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika dignakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas. Dengan kata lain, objek-objek sebenarnya lebih disukai dari gambar, gambar foto lebih disukai dari gambar garis mendetil, dan gambar garis mendetil lebih disukai dari gambar garis sederhana atau sketsa.
Lebih banyak sifat audiovisual yang menyerupai realitas , makin mudah terjadi belajar (Miller, dkk, 1995). Akibatnya ada kecenderungan dari pihak guru untuk memenuhi saluran-saluran komonikasi dengan sebanyak mungkin informasi karena dimungkinkan untuk memasukkan , sambil menekankan sifat kejelasan dalam penyajian.
Seperti yang akan terlihat, penelitian mempermasalahkan asumsi yang menasari ini. Ini berarti bahwa suatu pendekatan belajar  yang lebih kuat harus dicari yang menghubungkan sifat-sifat bahan-bahan audiovisual dengan tuntutan tugas. Seprti yang dikatakan Bruner dkk (1956), dan kemudian oleh Traver dkk (1964), realisme tidak menjamin bahwa informasi yang berguna dapat dipersepsi atau dirasakan, dipelajari dan diingat. Ini berarti bahwa ada kemungkinan suatu gambar garis  yang sederhana lebih baik dari sebuah objek sebenarnya dan karyawisata.
Pada zaman saat ini  banyak bahan yang digunakan untuk memajukan  pembelajaran melalui audiovisual karena peserta didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran dan memudahkan mereka mengingat pelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Audiovisual yang opsional dan esensial ?
2.      Apa kegunaan dan pemakaian audiovisual ?
3.      Bagaiman media kriteria dan pengantara ?
4.      Apa saja alat-alat bantu audiovisual ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Audiovisual yang opsional dan esensial
2.      Untuk mengetahui kegunaan dan pemakaian audiovisual
3.      Untuk mengetahui apa media kriteria dan pengantara
4.      Untuk mengetahui alat-alat bantu audiovisual























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Media Audiovisual yang opsional dan esensial
Audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan dapat dilihat dan didengar.[2]
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media Audio-Visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancagan dan penelitian.[3]
Guru biasanya dihadapkan dengan banyaknyabahan Audio-Visual, sehingga sering sulit bagi mereka untuk memilih hal-hal paling banyak dapat menolongnya dalam tugas-tugasnya. Namun demikian, sekali tujuan-tujuan belajar serta struktur bahannya telah ditentukan, guru lebih mdah memilih bahan-bahan audiovisual yang dapat leih membantu  peserta didik untuk mencapai tingkat penguasaan yang dibutuhkan.[4]
Memang alat bantu audiovisual adalah alat bantu belajar, dan tidak akan berguna jika secara aktif tidak dapat menyebabkan perubahan dalam tingkah laku. Pembaca yang ingin mempelajari kreasi dan penggunaa sebenarnya dari media pendidikan dapat membaca sebuah buku karya tulis dari James Brown(1969), karya tulis Ed Minor, harve Freye (1970).
Media audio visual dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, antara lain:[5]
1.      Media opsional atau media pengayaan, bahannya dapat dipilih guru sesuai kehendaknya sendiri, dengan syarat ada cukup waktu da biaya.
2.      Media yang diperlukan (yang harus digunakan). Media semacam ini harus digunakan guru untuk membantu peserta didik melaksanakan atau mencapai tujuan-tujuan belajar dari tugas yang diberikan, untuk  itu diperlukan pula waktu dan biaya.
Media audiovisual lebih cepat dicerna oleh peserta didik dalam menyajikan pelajaran dengan cara menyenangkan, sehingga memudahkan bagi peserta didik untuk mengingat pelajaran yang telah disampaikan lewat audiovisual. Dan dengan penggunaan audiovisual sebagai sarana pendidikan memudahkan juga bagi orang tua dan masyarakat untuk memantau secar langsung apa yang didengar oleh peserta didik.
Walaupun banyak manfaat yang didapatkan dari audiovisual, ada juga negative yang terdapat pada audiovisual yaitu peserta didik tidak dapat bertanya langsung apa yang mereka tidak mengerti ketika mereka menerima informasi, dan informasi yang mereka dapat tidak dapat diulang kembali.

B.     Kegunaan dan pemakaian Audiovisual
Sangat disesalkan bahwa bahan Audiovisual sering diartikan sebagai “alat bantu belajar” (learning aids). Seperti telah disebutkan sebelumnya penggunaan satu-satunya yang dapat dibenarkan ialah pemakaiannya yang membantu peserta didik untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Namun pada hal-hal tertentu , alat “bantu” tersebut justru bisa jadi penghalang bagi peserta didik duntuk mencapai tujuannya. Ini tentu saja merupakan persoalan perencanaan dan pengorganisasian, tapi inti persoalan ini ialah bahwa bahan audiovisual hanya dapat dugunakan jika sifat-sifatnya dapat digunakan dengan tepat.[6]
Untuk memutuskan bahan Audiovisual yang digunakan, biasanya dianjurkan pertanyaan “bagaimana alat bantu ini bisa digunakan sehingga sifat-sifat beserta atributnya dapat digunakan ? ”. secara umum, bahan audiovisual mempunyai 5 sifat, yaitu :[7]
Ø  Kemampuan untuk melakukan persepsi
Ø  Kemampuan untuk meningkatkat pengertian
Ø  Kemampuan untuk meningkatkan transfer/pengalihan belajar
Ø  Kemampuan untuk memberi penguat (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai
Ø  Kemampuan untuk meningkatkan retensi
Media Audiovisual merupakn bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Disamping itu, tersedia pula materi audio yang dapat digunakan dan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik. Andiovisual dapat menampilkan pesan yang memotivasi.
Disamping menarik dan memotivasi peserta didik untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audiovisual dapat digunakan untuk :
1.      Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar.
2.      Mengtaur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi.
3.      Menjadikan model yang akan ditiru peserta didik.
4.      Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok  bahasan atau suatu masalah .

C.    Media Kriteria dan Pengantara.[8]
Bahan audiovisual bisa membantu belajar dengan beberapa cara. Tapi di tinjau dari sudut penggunaanya di dalam kelas bahan audiovisual bisa di klasifikasikan dalam 2 kelompok besar.
1.      Media criteria, ini terdiri dari gambar-gambar , peta-peta dan objek-objek sebenarnya, yang akan di gambarkan, di rekonstruksikan, di interpretasi, atau di identifikasi oleh peserta didik untuk dapat menunjukkan bahwa dia telah menguasai bahannya. Dengan kata lain media ini merupakan bagian dari kriteria. Tujuan belajar bisa di rumuskan sebagai berikut: “peserta didik dapat membuat diagram untuk menggambarkan hubungan antara ……”
2.      Media perantara, ini terdiri dari alat bantu yang bukan merupakan bagian dari situasi kriteria . dengan kata lain , pesrta didik dapat di runtut untuk menggambarkn, merekunstruksi, mengintrepitasi, atau meneditifikasikannya. Fungsi satu-satunya telah untuk membantu peserta didik untuk mendapatkan pengertian tentang suatu gejala atau kejadian. Jika kegiatan bekajar telah terjadi, alat bantu tersebut harus dilupakan atau hilang “hilang” secapat mungkin. Sebagai contoh ialah grafik. Peserta didik tidak aka diminta untuk membuat gambar statistik dari suatu posisi ekonomi suatu Negara taetapi mereka sangat diharapkan dapat menggamabrkan posisi itu sendiri. Dalam situasi semacam ini, grafik merupakan cara untuk mencapai tujuan.
Merupakan hal penting untuk dapat membedakan media kriteria dari media perantara. Jika tugas media kriteria ialah untuk mempermudah belajar dengan memberikan kesemptan bagi peserta didik melatih suatua keterampilan, maka media perantara membantunya untuk mendapatkan keterampilan tersebut. Ini berarti bahwa  kedua macam media tersebut harus digunakan dengan cara yang berbeda.
Antara lain, media perantara harus dihiangkan secara bertahap ketika terjadi belajar, sehingga perserta didik makin lmaa makin mandiri. Sebaliknya media kriteria harus dilatih dan diulang terus menerus supaya tidaak dilupakan bagaiman hal tersebut dilakukan dapat dibaca dalam penjelasan singkat hasil penelitian tentang audiovisual.[9]

D.    Alat-Alat Bantu Audiovisual
Alat-alat audio yang sederhana seperti radio, recorder player dan tape recorder  makin lama makin menjadi alat-alat yang dapat ditemukan dalam kelas seperti kehidupan sehai-hari. Alat-alat tersebut tidak mahal, mudah digunakan dan (kecuali radio) sangat fleksibel. Tape dapat digunakan oleh guru untuk merekam  tampa keahlian atau alat khusus, dan mudah diperoleh di pasaran bebas.[10]
Sangat mengherankan bahwa begitu banyak usaha untuk meneliti perbedaan cara audio dengan cara visual, sedangkan sedikit sekali tentang perbedaan antar ceramah guru secara hidup (langsung) dengan cara guru yang sama melalui perekaman. Popham (1962) tidak menemukan perbedaan antara kedua cara tersebut, dengan memakai mahasiswa sebagai objek.[11]
Selanjutnya adalah alat visual yang sederhana seperti gambar foto, diagram dan representasi grafik, merupakan alat bantu belajar yang biasa. Sama halnya dengan alat bantu audio, alat ini tidak mahal dan mudah diperoleh di pasaran dan mudah digunakanserta mengesankan dalam penyajian.
Ada kecendrungan untuk beranggapan bahwa belajar berlangsung dari yang kongkrit ke yang abstrak, dan karenanya gambar dianggap mempunyai kegunaan optimal pada anak-anak, lalu diagram dan grafik yang lebih abstrak itu bagi orang yang lebih tua dan lebih terpelajar.



























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat kami simpulan :
1.      Audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
2.      Media audiovisual dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :
a.       Media opsional atau media pengayaan
b.      Media yang diperlukan (yang harus digunakan).
3.      Media audiovisual lebih cepat dicerna oleh peserta didik dalam menyajikan pelajaran dengan cara menyenangkan.
4.      Media Audiovisual merupakn bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau.
5.      Alat-alat audiovisual terdiri dari tape recorder, radio, gambar-gambar, dll.
B.     Saran-saran
Kami sangat menyarankan kepada para pembaca dan pendengar untuk memberikan kritik dan saran kepada kami, kami tau dalam menyajikan makalah ini kami mempunyai banyak kekurangan karena keterbatasan pada bahan dan kemampuan.


[1] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar,C.V. rajawali. Hlm 150
[2] Rohani Ahmad, Media Intruksional Edukatif. Jakarta; Rineka Cipta. Hlm 3
[3] Arsyad Azhar, Media Pembelajaraan. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm 94
[4] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Jakarta: C.V. rajawali. Hlm 150
[5] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Jakarta: C.V. rajawali. Hlm 151
[6] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Jakarta: C.V. rajawali. Hlm152
[7] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Jakarta: C.V. rajawali. Hlm 152
[8] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar. Jakarta: C.V. rajawali. Hlm 153
[9] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar. Jakarta: C.V. rajawali. Hlm 154
[10] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar. Jakarta: C.V. rajawali. Hlm 155
[11] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar. Jakarta: C.V. rajawali. Hlm 156

Tidak ada komentar:

Posting Komentar